WhatsApp

Nadiem: Lulusan Guru Penggerak Diprioritaskan Jadi Kepala Sekolah

shape image

Nadiem: Lulusan Guru Penggerak Diprioritaskan Jadi Kepala Sekolah



Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) menyebut lulusan Program Guru Penggerak (PGP) bakal mendapatkan prioritas untuk menempati posisi strategis di lembaga pendidikan.

 Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menegaskan, Guru Penggerak adalah talenta pemimpin masa depan, seperti kepala sekolah, pengawas dan lainnya. “Dari awal saya ingin memastikan bahwa Guru Penggerak adalah talenta pemimpin masa depan, seperti kepala sekolah, pengawas, dan lain-lain.

 Untuk itu, kami merancang regulasi yang mendukung dan memastikan alumni Guru Penggerak benar-benar mendapatkan prioritas dan kesempatan pertama di posisi kepemimpinan,” ujar Nadiem seperti dirangkum dari laman Kemendikbud Ristek, Senin (9/8/2023).


Program Guru Penggerak, lanjut Nadiem, merupakan pelatihan yang diberikan kepada guru sebagai upaya memberikan dampak nyata pembelajaran di kelas agar menjadi lebih menyenangkan dan bukan sekadar pendidikan dan pelatihan (diklat) biasa.

 “Guru bukan sekadar dilatih cara mengajarnya saja, tetapi dibuka pemikirannya agar secara mandiri dapat bereksperimen dan percaya diri mengikuti instingnya dalam menciptakan format pembelajaran yang menyenangkan sehingga murid pun merasakan perbedaannya di kelas,” lanjut Nadiem.


PGP untuk angkatan 2, 3, dan 4 sudah dimulai Senada dengan itu, Direktur Jenderal (Dirjen) GTK, Iwan Syahril menyampaikan apresiasi atas komitmen, perjuangan, semangat, dan daya juang peserta yang telah menjalani pendidikan Program Guru Penggerak Angkatan I selama sembilan bulan terakhir.

 “Kita semua sangat bangga dengan terlihatnya perubahan pola pikir dan pembelajaran guru-guru kita terutama dalam melihat dan memosisikan murid. Semangat egaliter, terbuka, terus belajar dan berbagi serta budaya refleksi telah mengakar di kalbu para guru-guru kita,” ungkapnya.


“Saya berharap setiap pengalaman maupun pembelajaran yang telah didapatkan oleh para guru selama pendidikan bisa menjadi berkah yang menginspirasi setiap lapisan pendidikan di lingkungan masing-masing,” pesan Iwan. Iwan menyampaikan bahwa program PGP untuk angkatan 2, 3, dan 4 sudah mulai dibuka. 

PGP angkatan 2 dilaksanakan di 56 kabupaten dan kota, dan saat ini sudah memulai pendidikannya selama 4 bulan. Untuk PGP angkatan 3 yang juga dilaksanakan di 56 kabupaten dan kota, minggu depan akan dimulai pendidikannya. 

Sementara untuk PGP angkatan 4 yang dilaksanakan di 160 kabupaten dan kota, masih dalam proses seleksi yang ditargetkan mencapai 8.000 orang CGP, 1.600 pengajar praktik, dan 243 fasilitator. Ia berharap, dengan berbagai respons positif dari program PGP, dunia pendidikan akan merasakan manfaat dari transformasi konsep Merdeka Belajar yang sedang diupayakan oleh pemerintah. “Saya percaya, anak-anak Indonesia adalah anak yang cerdas dan mempunyai berbagai keunggulan dan minatnya masing-masing. 

Sementara itu, kita bertugas untuk mendukung dan mengarahkan talenta-talenta yang ada pada diri mereka sehingga ke depannya kita memiliki generasi penerus yang penuh inovasi dan kreativitas,” paparnya.


Pengalaman para peserta Program Guru Penggerak Pada sesi pertama, salah satu calon Guru Pengerak Angkatan I dari SMP PGRI 2 Kota Denpasar, Bali yang juga seorang Guru IPA dan Plt. Kepala Sekolah, Ayu mengemukakan pendapatnya bahwa keikutsertaannya dalam PGP membuatnya menjadi lebih disiplin, mandiri, dan kreatif, karena terbiasa mengerjakan tugas modul PGP dengan waktu yang telah disediakan. 

Selain itu, peserta juga mencari sendiri materi-materi ilmu baru untuk mempersiapkan diri sebelum mengajar, menyiapkan strategi belajar yang inovatif, menyenangkan, dan lebih demokratis agar peserta didik terpacu untuk berani berpendapat dan saling menghargai antarsesama. “Di sekolah saya bergerak bersama teman-teman guru untuk merancang program yang berdampak pada murid. 

Saya imbaskan materi yang ada di PGP dengan membuat RPP berdiferensiasi dan klinik pendampingan (coaching) dengan memanfaatkan aset yang ada di sekolah,” jelas Ayu. Perubahan dalam proses pembelajaran itu dirasakan oleh siswanya yang bernama Gina. Gina merasa senang belajar dengan gurunya. “Bu Ayu sangat baik, sabar, dan kreatif. Suasana kelas menjadi jauh lebih bersemangat dan antusias. 

Beliau juga mengapresiasi siswa dalam belajar dan mengajak kami membuat kesepakatan kelas sehingga suasana belajar jadi lebih baik. Selain itu, cara pengumpulan tugas juga lebih berpihak kepada siswanya,” ujar Gina.

Pada kesempatan berikutnya, Rida, Calon Guru Penggerak Angkatan I dari SMAN Taruna Nala Kota Malang, Jawa Timur menceritakan dampak yang dirasakan setelah mengikuti PGP. Penerima beasiswa dari Humboldt State University, California itu mengalami perubahan pola pikir dan cara pandang dalam memberikan layanan pembelajaran kepada siswa. “Hal tersebut terbawa dalam proses belajar. Jika sebelumnya saya hanya menyelesaikan materi, sekarang saya lebih memikirkan strategi belajar yang memfasilitasi kebutuhan belajar murid. Perubahan komunikasi dengan murid, orang tua, dan rekan-rekan guru menjadi lebih terbuka dan reflektif. 

Kemudian, di tengah komunitas, ada keinginan saya untuk terus belajar, menerima masukan, dan saling berbagi metode pembelajaran,” kata guru Bahasa Inggris yang menggagas program “Saling Berbagi Saling Belajar” (Sabe Sabe) dan dijadikan program tahunan SMAN Taruna Nala. 

Salah satu peserta didiknya, Noval yang duduk di kelas 12 menjabarkan perubahan yang ia alami ketika diajar oleh Rida. “Bu Rida mengajak kami untuk membuat kesepakatan kelas yang didiskusikan bersama. 

Di awal pembelajaran, Bu Rida menanyakan harapan kami dalam belajar. Menurut saya, apa yang dilakukan Bu Rida sangat baik karena guru mengetahui cara belajar yang kami inginkan dan dapat membentuk koneksi antara murid dan guru sehingga kami tertarik untuk belajar,” terangnya. “Kami diajak untuk bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Kami tidak dituntut untuk bisa bahasa Inggris, tetapi kami dibimbing sehingga kami terpacu untuk belajar bahasa Inggris. 

Di akhir pembelajaran, ada refleksi di mana kami kembali mengingat apa yang kami lakukan pada hari itu. Media belajar dan kegiatannya juga lebih bervariasi dengan menggunakan aplikasi dan tautan internet yang mendukung kebutuhan belajar sehingga minat belajar saya terpenuhi,” lanjut Noval.

kami dari myedu indonesia memiliki solusi pendidikan dimasa pandemi ini yaitu homeschooling dengan kurikulum nasional dan internasional serta menerapkan konsep merdeka belajar. 

untuk mendaftar homeschooling silahkan hubungi Wa 08111 44 8080

sumber

MyEdu Indonesia - Junior | Homeschooling | Bimbel | Kuliah Online

KONSULTASI GRATIS

KIRIM | SEND

Chat via Whatsapp