Dampak pandemik COVID-19 begitu besar dan luas, termasuk soal edukasi. Peserta didik sekolah dasar hingga perguruan tinggi terpaksa harus dijalankan secara daring. Terkesan mudah dan fleksibel, tapi faktanya banyak kendalanya. Salah satu yang disoroti adalah kesehatan mental, tentang bagaimana cara mengatasi stres selama masa belajar online.
Bicara soal kesehatan mental, stres tak jarang dialami oleh pelajar atau mahasiswa. Bila mampu mengelola stres, niscaya kesehatan mental tak akan terganggu. Berikut ini adalah tips untuk meredakan stres selama kegiatan belajar mengajar tak bisa dilakukan secara tatap muka
1. Selalu berkomunikasi dengan orang terdekat
Jangan malu untuk menyampaikan apa yang kamu rasakan ke orang-orang terdekat. Hindari memendam permasalahanmu sendiri.
Dengan curhat, masalah bisa lebih mudah diselesaikan dan kamu mendapatkan dukungan, sehingga kesehatan mental terjaga.
Bila kamu tinggal sendirian di indekos atau apartemen yang jauh dari orang terdekat, kamu bisa tetap terhubung selama pandemik tanpa perlu bersama mereka secara fisik. Kamu bisa menelepon, mengirim pesan, atau melakukan panggilan video.
2. Batasi penggunaan media sosial dan konsumsi
Coba hindari terus menerus memeriksa berita terbaru seputar COVID-19 atau berita negatif lainnya baik lewat smartphone atau TV.
Menurut keterangan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), jangan habiskan waktumu menonton atau mendengarkan media yang berita-beritanya membuat suasana hatimu turun atau memburuk. Itu hanya akan memperburuk kondisi kesehatan mentalmu.
Batasi juga penggunaan media sosial. Meskipun beberapa studi menemukan manfaat media sosial bagi kesehatan mental, tetapi ada juga yang menemukan hal sebaliknya.
Sebagai contoh, sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine tahun 2017 menemukan bahwa menggunakan platform media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Snapchat lebih dari 2 jam sehari dihubungkan dengan perasaan isolasi sosial di antara individu usia 19-32 tahun.
Ada lagi, data lain menunjukkan bahwa terdapat peningkatan insiden depresi pada dewasa muda (juga usia 19-32 tahun) yang menggunakan media sosial lebih sering dari rekan-rekan mereka, menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Anxiety and Depression tahun 2016.
sumber