Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengutarakan tekadnya menekan perundungan atau bullying di sekolah.
Berbekal hasil kajian kementeriannya, salah satu yang bisa dilakukan menurutnya adalah melakukan perubahan di tengah kehidupan sosial siswa. Misalnya, dengan mengajak siswa yang berpengaruh di masing-masing kelas untuk terlibat aksi pencegahan bullying.
"Dari semua riset yang kita [Kemendikbud] lakukan, satu-satunya cara untuk bisa mengurangi insiden bullying adalah mengubah budaya di dalam social circle anak-anak itu," kata Nadiem melalui siaran langsung di Instagram, Jumat (11/12).
Mantan bos Go-jek itu mengungkap sedang menyiapkan program untuk membasmi perundungan, intoleransi dan, kekerasan seksual di lingkungan pendidikan.
Ia menggambarkan, dalam kebijakannya nanti, strateginya adalah dengan merangkul siswa yang punya pengaruh di sekolah untuk menjadi garda pelindung kawan-kawannya yang dirundung.
Menurut dia, cara itu bisa kadi kunci penanganan kasus perundungan. Sebab, Nadiem melanjutkan, intervensi perkara perundungan dari orang dewasa justru tak akan ada artinya jika budaya di kalangan siswa tidak diubah.
"Kita harus bikin gerakan, dimana anak-anak yang populer, influencer di dalam kelas menjadi guardian bullying. Dia yang diberikan tanggung jawab dan influence untuk melindungi rekan-rekan kelas dia yang jadi victim bullying," jelas dia lagi.
Kendati akan memfokuskan perubahan budaya di kalangan siswa, ia juga mengakui pencegahan bullying ini pun tak bisa lepas dari peran kepala sekolah, guru serta orang tua.
Ia menekankan, guru dan orang tua harus lebih peka terhadap kasus bullying yang menimpa siswa. Dalam hal ini, ia meminta guru dan orang tua membuka ruang yang aman bagi siswa untuk menceritakan pengalaman jika menjadi korban perundungan.
Sementara itu, Nadiem ingin guru dan orang tua bisa memperhatikan pelaku bullying. Ia mengatakan, kasus bullying umum terjadi karena pelaku juga memiliki masalah tersendiri.
"Untuk bisa mengerti yang terjadi di yang dibully dan yang membully itu tanggung jawab guru dan orang tua, apa yang sedang terjadi. Jadi pertama, sensitivitas untuk monitoring. Kedua, harus ada tempat yang aman untuk complain," tutur Nadiem
Dalam menerapkan semua strategi tersebut, ia menegaskan agar guru dan orang tua memberikan contoh yang baik. Menurutnya upaya ini akan percuma jika masih ada guru yang menggunakan kekerasan dalam mengajar.
Sebelumnya, Nadiem menyebut bullying, kekerasan seksual dan, intoleransi menjadi tiga dosa pendidikan yang mesti ia tuntaskan selama menjabat menteri.
Ketiga kasus tersebut jadi masalah yang cukup alot di lingkungan sekolah dan kampus. Kemendikbud sendiri telah membuat tim khusus untuk menangani kasus tersebut melalui pembentukan Permendikbud.
sumber